Kepemimpinan Ki Hajar Dewantara
Suwandisuwee.blogspot.com
Ki Hajar Dewantara adalah tokoh dan pelopor pendidikan di Indonesia, yang
mendirikan Perguruan Taman Siswa di tahun 1922. Di dalam mengelola perguruan tersebut,
Ki Hajar memiliki moto dalam bahasa jawa yang berbunyi: Ing ngarso sung
tulodho, ing madaya mangun karsa, tut wuri handayani.Moto tersebut terjemahan
langsungnya adalah “di depan memberikan teladan, di tengah menggerakkan, di
belakang memberikan dorongan”. Moto tersebut pada mulanya ditujukan untuk
menjadi pedoman untuk membangun kultur positif antara guru dan murid, namun
dalam perkembangannya konsep tersebut digunakan menjadi konsep kepemimpinan,
yang khas dan asli Indonesia.
Seorang pemimpin sejati memandang orang lain sebagai “manusia” yang harus
dihargai karena sifat kemanusiaannya. Seorang pemimpin sejati “nguwongake”,
memanusiakan manusia. Kaya-miskin, besar-kecil, tinggi-pendek, manajer-karyawan
hanyalah variasi. Hakekatnya tetap manusia. Seorang pemimpin sejati menghormati
orang yang ‘memimpin’ dan menghormati pula orang yang ‘dipimpin’.
Memimpin-dipimpin adalah alami, bahkan tidak bisa dihindari. Sudah kodrat
manusia untuk memimpin, dan kodrat pula untuk dipimpin. Untuk itulah dikotomi atasan-bawahan
sebenarnya kurang tepat, karena yang sebenarnya ada hanyalah perbedaan peran.
Dikotomi atasan bawahan menimbulkan efek berkuasa-tidak berkuasa, atau
setidak-tidaknya mengutamakan tingkatan kekuasaan. Inilah yang kurang tepat.
Pendekatan yang lebih alami adalah menempatkan manusia pada perannya
masing-masing, dimana semuanya sama pentingnya. Seorang pemimp/inpun demikian,
harus mampu berperan pada tempat dimana ia berada, pada saat di depan, di
tengah, maupun di belakang.
Saat Pemimpin di Depan, Seorang pemimpin adalah panutan. Sebagai panutan,
orang lain yang ada disekitarnya akan manut(bahasa jawa, yang artinya
mengikuti, meniru). Disini bisa dilhat betapa besarnya tanggungjawab moral
seorang pemimpin, karena tindak-tanduknya, tingkah lakunya, cara berfikirnya,
bahkan kebiasaannya akan cenderung diikuti orang lain. Untuk itulah maka saat
berada di depan, pemimpin harus memberikan teladan, memberikan contoh. Ini
disebutkan oleh Ki Hajar dengan terminologi “ing ngarso sung tulodho”, saat di
depan seorang pemimpin harus memberi teladan.
Saat Pemimpin di Tengah, Seorang pemimpin yang berada di tengah-tengah
orang-orang yang dipimpinnya, harus mampu menggerakkan, memotivasi, dan
mengatur sumberdaya yang ada (empowering). Pada dasarnya setiap orang memiliki
kemampuan untuk memotivasi diri sendiri (intrinsic motivation), sehingga ada
ataupun tidak adanya stimuli tetap saja akan termotivasi. Hanya saja, kadar
motivasi dari diri sendiri sering tidak stabil kehadirannya. Untuk itulah maka
motivasi dari luar dirinya (extrinsic motivation) tetap sangat diperlukan.
Disinilah seorang pemimpin dapat mengambil peran. Kehadirannya membuat orang
tergerak untuk bertindak. Itulah pemimpin sejati.
Saat Pemimpin di Belakang, Siapa bilang seorang
pemimpin tidak boleh berada di barisan belakang? Pemimpin sejati diperlukan
kehadirannya dibarisan belakang. Dari belakang seorang pemimpin dapat
memberikan dorongan untuk terus maju. Pemimpin yang berada di barisan belakang
harus pandai-pandai mengikuti barisan di depannya, agar konsisten gerakan dan
arahnya , agar terjadi apa yang
disebut goal cogruency, suatu keadaan di mana tujuan
individu yang berada dalam suatu organisasi konsisten dengan tujuan organisasi.
Tanpa goal congruency arah gerakan organisasi menjadi berat karena banyaknya
arah yang tidak sama dan mungkin justru saling berlawanan. Seorang pemimpin
sejati harus bisa ngemong (bahasa jawa yang berarti melayani, mengasuh, take
care of). Bagaimana seorang penggembala itik berjalan diposisi paling belakang
setelah barisan itik-itik yang digembalanya sering digunakan sebagai ilustrasi
untuk menggambarkan bagaimana seorang pemimpin dapat mengarahkan orang dari
belakang. Setiap orang memiliki bakat sendiri-sendiri. Setiap orang juga
memiliki kemampuan untuk bisa bergerak maju mendapatkan apa yang mereka mau,
dan juga apa yang diinginkan oleh organisasi. Pemimpin sejati memberikan
dorongan dari belakang, tetap mengarahkan agar sesuai tujuan, dan mampu
memastikan bahwa orang-orang di dalam organisasi bekerja sesuai dengan arah dan
strategi yang telah ditetapkan. Jadi, seorang pemimpin sejati akan tut wuri
handayani
0 Comments:
Post a Comment